Thursday, December 13, 2012

Pieces of Japan: Suatu Ketika di Ueno

Shinobazu Pond and a Couple
Suatu Ketika di Ueno

“Travelers never think they are foreigners”
 
“Justru ketika kita berpikir kita adalah orang asing di suatu tempat, maka kita akan diperlakukan seperti itu”. Sepotong kalimat dari buku Life Traveler nya Windy Ariestanty (@windyariestanty) ini entah kenapa muncul dalam alam bawah sadar saya, sehingga terus terngiang ngiang ngiang ngiang.... Dalam tiap langkah saya ketika menelusuri setapak kota Tokyo di malam itu, mencari letak hotel tempat saya menginap. Sekali lagi, entah kenapa kalimat itu terus terngiang ngiang ngiang ngiang....
 Hari kedua di Tokyo.

“So where do you want to go today?” Tanya saya ke diri saya di balik cermin, sambil gosok gigi pagi.
 
“Odaiba! They said the Ferris Wheel is one of the best! And there’s also that real-sized Gundam!” jawabnya penuh semangat.
 
Nah, betul sih. Memang saya pingin banget foto-foto disebelah Gundam ukuran asli itu. Tapi lebih keren kalo  kesananya sore-sore atau malem-malem. Lighting nya pasti bikin si Gundam tambah keren, dan kalo malem, Ferris Wheel nya pasti bakal kelap kelip berwarna-warni. Cool.
 
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Odaiba di malam hari, dan sebelumnya saya akan explore daerah Ueno. Karena banyak museum yang menarik untuk dikunjungi di sekitar Ueno Park. Ueno Park sendiri, selain adalah cultural center, juga dikenal sebagai salah satu Cherry Blossom sightseeing spot-terbaik di Tokyo. Sayangnya bunga Sakura nggak muncul waktu Summer. Ouch.


“Travelers never think they are foreigners”. Lagi? Uh, ya. Berpikir tentang kalimat itu, it’s actually about mindset, belajar dari teman-teman exchange students di Taiwan, mereka dengan seriusnya mempelajari sedikit-sedikit bahasa Taiwan, membiasakan diri mengucap ‘Xie-Xie’ daripada ‘Thank You’, nggak kaku bertanya ini itu tentang Taiwan. Mereka tidak pernah membatasi diri dengan menganggap bahwa mereka adalah foreigner, justru mereka menganggap siapapun adalah sahabat. Tanpa terkecuali. Memang ketika pergi travelling sendirian, seolah kita tidak exist jika kita tidak berinteraksi dengan sekitar. This is just your another home. Greet all those strangers ;) siapa tahu kalian jadi teman baik nantinya.


Kembali ke Taman Ueno! Dengan berbekal semangat bahwa “Travelers never think they are foreigners” dan karena saya memang lagi kurang-temen-ngobrol, jadinya saya menebar senyum kemana-mana berharap diajak ngobrol sama orang lewat. Enggak. Waktu itu cuaca cerah dan saya emang senyum-senyum karena terpesona oleh betapa cantik suasana Ueno Park ini. 5 menit yang lalu saya masih berada di hiruk pikuk metropolitan di sekitar stasiun Ueno, tapi sekarang, setelah masuk dan menelusuri Ueno Park, benar-benar suasana yang berbeda 180 derajat, bunyi tonggeret bersahut-sahutan, gemerisik dedaunan yang diterpa angin sepoi, orang-orang jepang yang juga berjalan-jalan santai menikmati taman.

 Dengan luas 532.000 m2, Ueno Park diisi oleh sebuah kebun binatang dan banyak sekali museum, temple, juga shrine. Museum yang saya kunjungi adalah Shitamachi Museum. Alasan mengapa saya sangat tertarik adalah karena di museum ini diperlihatkan suasana, rumah-rumah, perabot, hingga detil-detil mainan pada era Meiji, Taisho, dan Showa. Museumnya sendiri tidak terlalu besar, justru di museum yang seperti ini biasanya guide nya lebih ramah-ramah. Dan benar! Ketika saya masuk, seorang ibu-ibu guide langsung menawarkan apakah saya mau diantar untuk free-tour atau tidak. Wah! Ramah tamah kepada pengunjung, beliau bertanya darimana asal saya. Indonesia, saya jawab. Dan beliau membalas dengan “ee, selamat datang”. Wah!
 
“If you are going alone to a museum, you need someone to explain what you see” she said with an honest smile on her face. Setuju, Oka-san!
 

Museum Shitamachi ini benar-benar saya rekomendasikan jika teman-teman mampir ke Ueno Park. Bangunannya boleh jadi tidak terlalu besar, tetapi banyak sekali yang bisa dilihat disini. Free tour yang diberikan juga sangat membantu. Kita seolah dibawa menilik sejarah Jepang, terutama sejarah daerah Ueno yang dulu pernah terkena gempa besar yang merubah kehidupan masyarakat ketika itu. Selain itu di museum ini kita bisa menarik kertas ramalan yang akan di decode dengan gratis oleh penjaga museum nya.
 
Setelah menghabiskan satu setengah jam di museum, saya lanjut mengunjungi Shinobazu Pond, Benten-do temple, Ueno Children Park, Toshogu shrine, Five Storied Pagoda, dan saya bertemu... Teman stranger pertama saya! Mbak yang berasal dari Lithuania ini bernama Zivile Nizauskaite. She has just arrived in Tokyo today and now she’s strolling around Ueno Park waiting until 5 PM and she will go to meet her friend. Lalu kami berjalan bersama keliling Ueno.


Mengejutkan adalah ketika kita bisa ngobrol dengan bebas, tanpa berhenti dengan orang yang benar-benar baru kita kenal. Bukan, bukan mbribik, bukan modus. Kita sama-sama tau bahwa setelah ini mungkin kita nggak ketemu lagi, tapi itu tidak jadi masalah. We enjoy the moments and stories. Ngobrol tentang culture shock, physics (she’s a teacher), japanese people, japanese foods, travel plan, pesulap jalanan di Jepang, majalah-dewasa di 7/11, seperti apa Lithuania, seperti apa Indonesia. Bersama Zivile, saya mengunjungi Kaneiji Temple, Gokouin Temple, Yushima Tenmangu Shrine, dan lewat di Tokyo National Museum. Mau masuk, tapi sudah hampir tutup hahaha.


Kami berpisah di Ueno Station, well Zivile mengajak saya ke Shinjuku, tetapi saya tolak karena saya mau ke Odaiba. Keputusan yang akhirnya saya sesali karena....
 
Salah turun 3 stasiun sebelum tujuan saya, Pallete Town di Odaiba. Dan akhirnya nyasar. Dan akhirnya gagal ke Gundam. Dan akhirnya cuma bisa nonton gemerlap Ferris Wheel dari jauh..


Traveller Note:
  1. Bedanya Temple dan Shrine, Temple itu pusat keagamaan untuk agama Buddha sedangkan Shrine adalah tempat berdoa untuk agama Shinto. Dua agama yang menjadi mayoritas di Jepang. Shinto Shrine biasanya ‘dijaga’ oleh sepasang guardian dog (shisa) or guardian lion (komainu) dan selalu ada gerbang torii ketika kita masuk ke Shinto Shrine. Sedangkan di Temple seringkali terdapat tempat membakar hio.

No comments:

Post a Comment